Yuk Kenali, 5 Jenis Rumah Adat Papua Beserta Ciri dan Fungsinya.

- 18 Juni 2022, 08:46 WIB
Rumah Adat Papua
Rumah Adat Papua /Mamik Hidayat/

Indonesia terkenal memiliki beragam suku dan budaya yang unik. Terlebih suku dan budaya yang ada di Papua.

Salah satu budaya unik yang ada di Papua adalah beragam rumah adat Papua. Konon masyarakat mengenal rumah adat Papua Hanoi saja, padahal ada beberapa rumah adat Papua lainnya yang tidak kalah menarik.

Setidaknya ada lima rumah adat yang ada di Provinsi Papua dan Papua Barat. Secara umum, ciri dan model rumah adat Papua ini terlihat mirip, yakni memiliki atap yang berbantuk bulat dengan penutup yang terbuat dari jerami.

Baca Juga: Mengenal 7 Rumah Adat Jawa Barat Dan Penjelasannya

Nah, pada kesempatan ini akan kita ulas secara detail rumah adat Papua tersebut. Ciri-ciri dan penjelasan serta masih bisa kah kita temui rumah-rumah tersebut, jika masih bisa dimana kitab isa menemukannya. Yuk, Simak ulasannya di bawah ini.

1. Rumah Adat Papua HANOI

Rumah adat Papua yang cukup popular adalah Hanoi. Honai adalah rumah adat Papua yang digunakan sebagai tempat tinggal suku Dani. Secara bahasa Honai berasal dari kata "hun" dan "ai". "Hun" berarti manusia dan "ai" berarti rumah. Seperti namanya, rumah ini hanya dihuni oleh laki-laki berasal dari suku Dani.

Rumah adat ini sering berada di daerah pegunungan atau lembah. Oleh karena itu konstruksinya juga disesuaikan dengan iklim. Atap jerami dipasang rapat untuk melindunginya dari air hujan. Areanya tidak luas, sehingga lebih tahan terhadap udara panas rumah. Honai dibangun untuk matahari terbit atau terbenam.

Arsitektur rumah Hanoi cukup sederhana, menggunakan kayu dan daun Jerami sebagai material utamanya. Secara umum bentuknya menyerupai jamur, dengan hanya memiliki satu pintu depan tanpa jendela.

Arsitektur rumah Hanoi terbagi menjadi 3 lantai. Bagian bawah sering digunakan untuk menyimpan mumi tubuh keluarga, lantai dasar digunakan untuk menerima tamu pria dan bagian digunakan sebagai area tidur.

2. Rumah Adat Papua Ebei

Rumah adat di Ebei adalah rumah khusus tempat tinggal perempuan dan anak-anak, termasuk laki-laki. Yang biasanya dibangun di sebelah rumah tradisional Honai.

Selain itu, rumah ini juga sering digunakan untuk ruang privasi pasangan suami istri. Desain rumah adat di Ebei tidak jauh berbeda dengan rumah adat di Honai.

Namun, ukurannya lebih lebar di bagian samping dan relatif pendek. Wanita menggunakan rumah ini untuk melakukan semua aktivitas di rumah, termasuk memasak dan mengajar anak-anak tentang kehidupan.

3. Rumah Adat Wamai

Rumah adat Papua lainnya adalah rumah adat Wamai. Rumah adat ini tidak digunakan sebagai tempat tinggal, namun sebagai tempat penyimpanan hewan ternak mereka. Sengaja dibuat karena kebanyakan orang Papua adalah peternak.

Arsitektur rumahnya masih mirip dengan Honai dan Ebai, namun ukurannya tidak sama. Wilayah Wamai biasanya ditentukan oleh jumlah hewan Anda. Atap Wamai akan terlihat lebih mengerucut dengan dinding yang tidak terlalu tebal.

4. Rumah Adat Rumsram

Dari segi bentuk, rumah adat Rumsram mungkin berbeda dengan rumah adat Papua lainnya. Rumah ini sering berada di daerah Papua Timur.

Elemennya seperti rumah dengan atap khusus, berbentuk seperti kapal. Orang-orang dari suku Biak Numfor sering tinggal di sini.

Rumah adat di Papua Timur ini memiliki tinggi maksimal delapan meter. Untuk keperluan ini, rumah adat Rumsram ditempati oleh anak laki-laki dari suku Biak yang belajar, misalnya mengukir atau berperang.

Untuk konstruksinya, rumah ini menggunakan bahan dasar berupa bambu dan kayu, dan atap terbuat dari daun sagu.

Pada umumnya rumah adat Rumsram memiliki dua lantai dengan fungsi yang berbeda, yaitu:

Lantai pertama, dibuat cukup besar untuk ruang belajar.

Lantai dua digunakan untuk tidur atau bersantai.

5. Rumah Adat Kariwari

Kariwari adalah rumah adat Papua yang dihuni oleh suku Tobati-Enggros. Rumah ini dapat kita jumpai di tepi Danau Sentani. Rumah adat Papua Kariwari ini hanya bisa ditempati oleh laki-laki yang sudah dewasa atau berusia di atas 12 tahun.

Selama mereka menduduki Kariwari, para laki-laki di rumah ini juga diharapkan belajar ilmu-ilmu alam. Karena itulah Kariwari disebut juga sebagai tempat menimba ilmu. Diharapkan setelah selesai belajar Kariwari, pria Tobati-Enggros sering diharapkan menjadi pria sejati.

Arsitektur rumah adat Papua ini lebih tertata dibandingkan arsitektur Honai dan Ebai. Atapnya dibuat berbentuk segi delapan dengan model yang bentuknya seperti piramida. Bentuk ini dianggap mampu menahan hembusan angin yang kencang. Selain itu, atap kerucut memiliki makna keluarga yang sempit.

Kamar Kariwari terbagi menjadi 3 lantai. Setiap lantai memiliki fungsi yang berbeda. Lantai atas didedikasikan sebagai tempat meditasi dan doa leluhur. Sedangkan lantai dua Kariwari berfungsi sebagai tempat pertemuan antara tokoh adat dengan tokoh adat. Saat tidak ada pertemuan, lantai ini berfungsi sebagai tempat tidur para pria. Lantai bawah digunakan dalam penelitian.

Bahan bangunan masih menggunakan bahan alam. Misalnya, pohon digunakan sebagai dinding dan daun saga sebagai atap.

Dari ulasan singkat tentang keragaman rumah adat Papua ini, kita sebagai warga negara Indonesia patut mensyukuri keragaman dan kekayaan negara ini.

Terlepas dari bentuk, bahan dan desain masing-masing daerah, keragaman ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki keberagaman budaya yang harus di jaga dan dilestarikan.***

Editor: Mamik Hidayat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini