Sekarang Naik Borobudur Harus Bayar 750 ribu, Inilah 5 Alasan Dibalik Kenaikan Tiketnya

- 7 Juni 2022, 11:41 WIB
Candi Borobudur merupakan salah satu situs warisan budaya dunia.
Candi Borobudur merupakan salah satu situs warisan budaya dunia. /pexels

TENTANGPAMEKASAN.COM – Candi Borobudur merupakan salah satu warisan budaya dunia yang sudah terdaftar di UNESCO. Pesona dan keindahan candi terbesar di dunia ini seolah menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Baru-baru ini Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan harga tiket terbaru bagi wisatawan yang ingin naik ke atas candi Borobudur.

Bagi wisatawan domestik yang ingin naik ke atas candi akan ditarik tiket 750 ribu per orang. Sedangkan bagi wisatawan mancanegara berlaku harga 100 dollar atau jika dirupiahkan sekitar 1,45 juta.

Namun, bagi wisatawan yang hanya ingin berada di pelataran dan menikmati candi Borobudur tanpa harus menaikinya harga tiket yang ditarik hanya 50 ribu bagi pengunjung usia 10 tahun keatas, 25 ribu bagi anak usia 3-10 tahun dan gratis bagi anak dibawah usia 3 tahun.

Sementara bagi rombongan pelajar harga tiket masuk ke kasawan Borobudur yaitu 25 ribu. Selain itu bagi pelajar yang ingin naik ke atas candi diberikan akses sebesar 20% dari 1200 kuota atau sekitar 240 pelajar per harinya dengan biaya hanya 5 ribu rupiah saja.

Pemberlakuan harga tiket naik candi Borobudur tersebut dilakukan untuk membatasi jumlah wisatawan yang ingin naik ke atas stupa. Setiap harinya akan dibatasi hingga 1200 wisatawan saja yang boleh naik ke atas candi.

Seperti diketahui, selama ini Borobudur menerima beban yang terlalu berat dengan usianya yang sudah berabad-abad lamanya. Sehingga demi kelestarian candi hingga ke anak cucu nanti, pembatasan tersebut harus dilakukan.

Berikut 5 alasan kenapa harga tiket naik ke atas candi Borobudur menjadi 750 ribu :

  1. Menjaga Kelestarian Candi

"Langkah ini kami lakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara," ujar Luhut Pandjaitan.

Candi yang usianya diperkirakan mencapai 12 abad ini dikabarkan mulai mengalami pelapukan. Kondisi ini tentu menuntut pemerintah mengambil langkah tegas mengingat Candi Borobudur adalah salah satu warisan budaya dunia yang diakui UNESCO.

  1. Meminimalisir Efek Overtourism

Demi mengurangi kelebihan beban atau overload pengunjung setiap harinya, nantinya hanya 1.200 orang saja yang diperbolehkan naik keatas candi demi meminimalisir penurunan kondisi candi.

Berdasarkan data yang diperoleh Direktur Utama Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero), Edy Setijono, sebelum pandemi Covid-19, rata-rata jumlah turis yang menaiki bangunan bersejarah itu mencapai 10.000 orang per harinya.

Kelebihan beban yang melampaui daya dukung fisik atau physical carrying capacity dari Candi Borobudur inilah yang jadi salah satu faktor terjadinya kerusakan.

Jumlah pengunjung yang terlalu banyak juga terbukti menyulitkan pengelola dalam mengawasi dan mencegah aksi-aksi perusakan serta vandalisme.

Tahun 2020 saja, Petugas Balai Konservasi Borobudur (BKB) mencatat 3.074 titik noda vandalisme (permen karet, puntung rokok dan corat-coret) yang ditinggalkan pengunjung di situs warisan budaya dunia tersebut.

  1. Dorong Quality Tourism dan Tinggalkan Mass Tourism

Pemerintah berencana menjadikan Candi Borobudur sebagai laboratorium konservasi cagar budaya bertaraf internasional.

Konsep quality tourism atau pariwisata berkualitas nantinya akan lebih dikedepankan ketimbang mass tourism yang mengutamakan jumlah wisatawan. Dengan begitu, kenaikan harga tiket otomatis menjadi filter yang sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian situs.

"Artinya apa, orang yang mau naik ke candi harus betul-betul orang yang berkepentingan naik ke candi. Kalau orang mau foto-foto nggak usah naik ke candi, di bawah saja. Jadi itulah tujuannya. Jadi orang naik ke candi karena dia sudah membayar mahal, saya kira dia akan sungguh-sunggu, dia akan belajar, dia akan mempelajari. Tapi kalau cuma foto-foto rugi kan bayar Rp750.000, di bawah saja. Karena ada aspek konservasi tadi," tutur Edy Setijono sebagaimana dikutip dari Antara News.

  1. Stimulan Perekonomian Warga Lokal

Kenaikan harga diiringi dengan pembatasan pengunjung dinilai bermanfaat bagi pedagang lokal di sekitar Candi Borobudur.

Nantinya kebijakan tersebut akan membuat para wisatawan menyebar ke kawasan sekitar candi yang juga banyak dipenuhi oleh pelaku UMKM.

Sebaran pengunjung inilah yang diharapkan mampu menjadi stimulan kebangkitan perekonomian warga lokal.

Selain itu, pemerintah juga akan mewajibkan calon pengunjung menggunakan jasa tour guide lokal yang akan membuka terciptanya lapangan kerja baru.

  1. Akselerasi Pembangunan Wisata Berbasis Budaya dan Konservasi

Edy Setijono  selaku Direktur Utama Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero), membantah kenaikan harga ini bersifat komersial.

Ada pun salah satu alasan pemerintah berencana menerapkan harga tiket baru untuk naik ke Candi Borobudur tak lain untuk membangun wisata yang tetap memperhatikan aspek budaya dan konservasi.

Dengan menjalankan mekanisme tersebut, pemerintah akan menjadi koordinator, akselerator, sekaligus eksekutor yang bersifat fasilitatif dan kolaboratif untuk membangun destinasi wisata berkualitas.***

 

Editor: Mamik Hidayat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini